Penyebab AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS
belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa virus HIVtelah ada di dalam tubuh sebelum munculnya penyakit AIDS ini.
Namun kenyataan bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini
terjangkit penyakit AIDS menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan
di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang
tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat
kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan. Faktor yang lain adalah
waktu. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kesempatan untuk terkena AIDS
meningkat, bukannya menurun dikarenakan faktor waktu.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara
menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu
yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel
T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi
infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian
sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh
memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan
virus-virus yang berbahaya.
Selain mengerahkan sistem kekebalan
tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-helper juga memberi tanda bagi
sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut sel T-suppressor
atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan
serangannya.
Biasanya kita memiliki lebih banyak
sel-sel T-helper dalam darah daripada sel-sel T-suppressor, dan
ketika sistem kekebalan sedang bekerja dengan baik, perbandingannya kira-kira
dua banding satu. Jika orang menderita penyakit AIDS, perbandingan ini
kebalikannya, yaitu sel-sel T-suppressor melebihi jumlah sel-sel T-helper.
Akibatnya, penderita AIDS tidak hanya mempunyai lebih sedikit sel-sel penolong
yaitu sel T-helper untuk mencegah infeksi, tetapi juga terdapat sel-sel
penyerang yang menyerbu sel-sel penolong yang sedang bekerja.
Selain mengetahui bahwa virus HIV
membunuh sel-sel T-helper, kita juga perlu tahu bahwa tidak seperti
virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah struktur sel yang diserangnya.
Virus ini menyerang dengan cara menggabungkan kode genetiknya dengan bahan
genetik sel yang menularinya. Hasilnya, sel yang ditulari berubah menjadi
pabrik pengasil virus HIV yang dilepaskan ke dalam aliran darah dan dapat
menulari sel-sel T-helper yang lain. Proses ini akan terjadi
berulang-ulang.
Virus yang bekerja seperti ini
disebut retrovirus. Yang membuat virus ini lebih sulit ditangani
daripada virus lain adalah karena virus ini menjadi bagian dari struktur
genetik sel yang ditulari, dan tidak ada cara untuk melepaskan diri dari virus
ini. Ini berarti bahwa orang yang terinfeksi virus ini mungkin terinfeksi
seumur hidupnya. Selain itu dapat berarti bahwa orang yang mengidap HIV dapat
menulari sepanjang hidup.
Cara virus ini merusak fungsi sistem
kekebalan tubuh belum dapat diungkapkan sepenuhnya. Teori yang terbaru namun
belum dapat dibuktikan kebenarannya menyatakan bahwa rusaknya sistem kekebalan
yang terjadi pada pengidap AIDS mungkin dikarenakan tubuh menganggap sel-sel T-helpernya
yang terinfeksi sebagai “musuh”. Jika demikian kasusnya, lalu apa yang akan
dilakukan oleh mekanisme pertahanan tubuh yaitu mulai memproduksi antibodi
untuk mencoba menyerang sel-sel T yang telah terinfeksi. Akan tetapi antibodi
juga akan diproduksi untuk menyerang sel T-helper yang tidak terinfeksi,
mungkin juga merusak atau membuat sel-sel ini tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Jika demikian, HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh tidak hanya
dengan membunuh sel-T tetapi dengan mengelabuhi tubuh dengan membiarkan tubuh
sendiri yang menyerang mekanisme pertahanannya.
HIV tidak hanya menyerang sistem
kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ini juga merusask
otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan pada otak pengidap AIDS yang
telah meniggal mengungkapkan bahwa virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak
sekali jaringan otak. Pada waktu yang bersamaan, peneliti lain telah berusaha
untuk mengisolasi HIV dengan cairan cerebrospinal dari orang yang tidak
menunjukkan gejala-gejala terjangkit AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat
risau. Sementara para peneliti masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem
kekebalan, semua orang yang terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan
gejala terjangkit AIDS atau penyakit yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap
bisa terbebas dari kerusakan jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan
adalah bahwa mereka yang telah terinfeksi virus HIV pada akhirnya mungkin
menderita kerusakan otak dan sistem saraf pusat.
0 comment:
Post a Comment